Rabu, 15 Februari 2012

Penantian tak Pasti mama – mama pasar

Mama – mama pedagang asli Papua yang berjualan di pasar sementara, sudah bertahan 1 tahun sejak diresmikan pada tanggal 20 Desember 2010. Saat ini, tenda putih sudah mulai bocor, jika turun hujan. Status pasar sementara ini pun, belum jelas. Mulai dari Listrik, Air, tempat pembuangan sampah, dengan jasa parkir, tidak diatur. Tanggung jawab yang diberikan kepada pemerintah walikota Jayapura, tidak terealisasi dengan baik sampai sekarang.

Janji pembangunan pasar permanen bagi mama – mama pedagang asli Papua, terus dibohongi. Mama – mama bertahan dengan sedikitnya minat pembeli di pasar ini. Yuliana Douw, salah mama – mama yang membacakan penyataan sikap dalam press conference, 6 Febuari 2012, mengatakan ‘’tidak ada niat baik dan kemauan politik dari legislatif dan eksekutif untuk duduk bersama menuntaskan persoalan ini, sekarang dalam situasi pemilukada Gubernur, kami tetap berkeinginan agar pembangunan pasar permanen menjadi pioritas dan tidak hanya janji di mulut saja, karena ini menyangkut prinsip dan harga diri orang asli Papua di tanahnya sendiri’’, ujarnya.  

Robert Jitmau, Juru bicara dari Solidaritas pedagang asli Papua (SOLPAP) menjelaskan ‘’yang menjadi hambatan saat ini, hanya ada di status tanah yang berlokasi di Perum Damri. Sejak tahun 2010, dijanjikan akan segera dibicarakan dengan pemerintah pusat untuk pembebasan lahan. Tapi sampai saat ini, masih tertunda’’,ujarnya.

Mama – mama juga mendesak agar sidang Anggaran Pembangunan Daerah (APBD) tahun anggaran 2012 – 2013, segera memasukkan anggaran bagi pembebasan lahan tanah dan pembangunan pasar permanen, sehingga mama – mama dan pedagang asli Papua tidak merasa dirugikan. Mama – mama juga menyampaikan kepada Unit percepatan Pembangunan Papua dan Papua barat (UP4B), jika tidak mendorong pembangunan pasar permanen, maka mama – mama pedagang asli Papua mendukung pembubaran UP4B dari tanah Papua. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar